Aku merasa
kasih sayangmu kurang
Masa-masa kecilku sudah ku lalui
dengan menempuh pendidikan dari SD, SMP dan sekarang aku masih duduk di bangku
SMA.jujur semenjak aku mengenal yang namanya kasih sayang,aku merasa bahwa
kasih sayang ibuku kurang,dan ini berawal dari nenek menceritakan masa kecil
ku.
“sayang kamu tahu,dulu bundamu meninggalkanmu bekerja ke
negeri orang dari kamu berusia 3 bulan dan neneklah yang menyusui, merawat dan
membesarkanmu.” Kata nenek. Aku heran kenapa bunda meninggalkan aku disaat aku
berusia masih sangat kecil.
“ lalu kapan bunda pulang nek?” tanyaku pada nenek yang
sedang menarik nafasnya dengan panjang lalu menjawab pertanyaanku.
“bundamu pulang saat kamu masih berumur 5 tahun dan hanya 1
tahun di rumah untuk merawatmu dan ayahmu. Lalu pergi lagi selama 6 tahun dan
pulang saat kamu kelas 6 SD.
“ooh begitu ya nek “ kataku sambil menggangguk.
“tapi bundamu pergi lagi saat kamu kelas 1 SMP dan pulang
saat kamu kelas 1 SMA”. Sambung nenek. Ya aku memang tahu itu, kecuali saat
bunda meninggalkan aku waktu aku masih bayi.
“nek, mungkin karena aku sering ditinggal ibu pergi makanya
kasih sayangnya kurang kepadaku”.kataku sambil menunduk. Lalu nenek melihat
kearahku dan mengusap kepalaku. Dan aku
benar-benar merasa kasih sayang itu berkurang semenjak aku kelas 4 SD.
Dari itu ibu sering memarahiku karena sedikit saja kesalahan yang ku buat ,dan
itu terjadi sampai sekarang ,sampai kelas 1 SMA ini.
Singkat
cerita saat-saat yang kami tunggupun tiba. Hari raya idul adha. Hari itu,
subuhnya pamanku datang kerumah untuk mengambil kunci motor dan kudengar suara
memanggil.
“Nada... kamu taruh dimana kunci motor paman Wadimu”.
Teriaknya. Baru aku mau menjawab , bundaku sudah menyahut terlebih dahulu.
“untuk apa?” kamu jangan pinjam motor itu. Soalnya suami saya
juga mau irit-irit bensin”. Kata ibu sambil mengulek cabai yang akan digunakannya untuk membumbui daging
ayam yang sudah digorengnya. Ibu mengira bahwa paman akan meminjam motornya
bapak. Dari luar terdengar suara paman yang menggerutu.
“ saya juga malas meminjam motor yang buntut begini, saya kan
Cuma mau minjam motor saudara saya.” Kebetulan pamanku ini adalah saudaranya
ayah (adik iparku) dan pamanku ini mau mengambil kunci motor adiknya ayah.
Kebetulan adik pamanku ini juga dia mau meminjam motor paman Wadi namanya.
Akhirnya kejadian itupun lewat. Sebelum berangkat ke masjid untuk melaksanakan
shalat Idul Adha aku dan kakakku sarapan, dan selesai sarapan bunda menyuruhku
memanggil bibi supaya kami berangkat sama-sama.
“Da...sana panggil bibimu”
“baik bu.” Kataku dan langsung menuju ke rumah bibiku.
Sesampainya disana , aku bertemu dengan pamanku yang dimarahi bunda subuh tadi
karena dikira mau minjam motornya ayah. Paman Safoan namanya. Setelah
memberitahu bibi, aku langsung berjalan menuju paman Safoandan berkata
“ paman, aku minta maaf ya atas kata-katanya bunda sama paman
tadi subuh. Pamankan tahu kalu bunda sifatnya memang gitu.” Kataku dengan grogi
dan dengan perasaan agak takut dan malu. Tapi paman salah mengerti dengan apa
yang aku ucapkan, dikiranya aku menyuruhnya minta maaf sama bunda.
“apa ? paman minta maaf sama bundamu? Mustahil paman akan
melakukan itu.” Sahut paman dengan kasarnya. Akupun terkejut air mataku seakan
mau tumpah tetapi aku berusaha menutupinya dengan tersenyum ke arah pamanku dan
berkata “ ya sudah kalau gitu Nada mau balik dulu.” Sambil berjalan ke arah
rumahku. Sesampai di rumah aku tak bisa menahan air mataku yang dari tadi telah
ku tahan. Akupun tidak bisa menutupinya dari kakaku.
“ dik kamu kenapa
?,kenapa dari tadi kamu Cuma diam lalu tiba-tiba kamu menangis. Coba tenang dan
ceritakan sama kakak apa yang terjadi.” Akupun menceritakan semuanya pada
kakakku. Shalat idul adha akan dilaksanakan jam 08.30. artinya lagi 1 jam lagi,
bagi kami itu masih lama. Karena masjid dekat dengan rumah kami.
Dari luar
terdengar suara bunda memanggilku. Akupun segera menghapus air mataku dan
segera menjumpai bunda.
“ ya bunda, ada apa ?” tanyaku sambil tersenyum seolah tidak
terjadi apa-apa.
“ tolong cuci seragam seklahmu, hitung-hitung biar cepat
kering, kamu mau ke kos kan nanti sore.”
“ baik bu.” Selesai aku menaruh dan menggiling pakaianku di
mesin cuci, akupun keluar menyusul bundak dan duduk disampignya dan tanpa
banyak bicara apa-apa. Bunda melihat ke arahku dan tiba-tiba bicara padaku.
“baik kalau kamu marah sama bunda gara-gara bunda menyuruh
kamu mencuci , kalau tidak mau cuci pakaianmu biar unda yang cuci semuanya
sampai kaki dan tangan bunda patah bila perlu sampai bunda mati sekalian biar
kamu puas.” Lalu bunda berjalan menuju mesin cuci untuk melanjutkan membilas
cucian itu.
“ tidak bunda, Nada nggak marah gara-gara itu dan Nada nggak
pernah menginginkan bunda seperti yang bunda katakan tadi, tapi Nada Cuma tidak
mau kalau sampai ada orang yang membenci bunda.” Kataku sambil mengambil bajuku
yang akan dibilas bunda dari tangannya dan langsung memeluknya. Sambil
menangis, dengan suara yang pelan aku bicara sambil memeluknya.
“ bun Nada minta maaf yang sebesar-besarnya sama bunda kalau
selama ini Nada banyak melakukan kesalahan atau sering membuat bunda kecewa.”
Aku tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sama
bunda, dan keluargaku yang lain aku merahasiakannya.
Beberapa
bulan kemudian, kejadian itu sudah kami lupakan. Teras sudah 3 minggu aku di
kos dan belum pulang. Aku kkangen sam keluaragaku terutama sama bunda dan ayah.
Keesokan harinya aku dijemput oleh sepupuku dan sesampainya di rumah aku
bersalaman dengan bunda, ayah, an keluargaku yang lainnya. Karena kau merasa
lapar, aku lagsung menuju dapur dan makan. Aku mengambil sepiring nasi, baru
menghabiskan setengah piring, bunda menemuiku dan duduk di depan ku yang sedang
menyuap nasi.
“ kenapa kamu minta beli sepatu sama ayahmu? Katanya sambil
menatap tajam ke arahku.
“ ya bun “ kataku sambil memberhentikan suapku. “ Nada minta
dibelikan spatu karena sepatu yang lama sudah bolong dan robek bun. Kan itu
juga sepatu dari Nada kelas VIII dan masih Nada pakai sampai sekarang”. Kataku
sambil melihat bunda dan teringat kalau aku pernah minta dibelikan sepatu sama
ayah 3 minggu yang lalu, dan saat itupun ayah tidak marah dan ayahpun
mengiyakan tapi kalau ayah sudah punya uang.
“memang waktu Nada minta, ayah tidak marah kok bun,Nada juga
nggak maksa ayah buat belikan Nada , itupun kalu ayah punya uang dan kalau
tidak keberatan.” Jelasku.
“ dasar kamu memang tidak tahu diri, coba lihat diri kita.
Kita orang miskin. Jadi kamu harus belajar jadi orang miskin, mandiri caranya..”
bentak bunda.
Jujur saat aku mendengar itu , aku menangis didepan bunda dan
nasi yang aku telan terasa seperti batu
yang mengganjal tenggorokan. Tanpa aku dan bunda ketahui , ayah melhat kejadian
itu. Aku berlari ke rumah nenek. Dan disana kau berusaha menahan dan
menyembunyikan semuanya. Tak lama kemudian ayah menyusulku.
“ kamu tidak apa-apa kan nak?” terlihat kekhawatiran di raut
wajahnya. Nenek bingung mendengar ucapan bapak.
“ tidak pak, Nada tidak apa-apa” kataku singkat.
Keesokan harinya aku pulang ke rumah dan mendapati bundaku
tidak ada di rumah, dia sudah pergi ke rumah saudaranya karena ia hampir
dipukuli oleh ayah gara-gara ia memarahiku sehingga gara-gara aku ia hampir
dipukul, tapi tidak. Semua itu terjadi secara alami tanpa ada yang mengadu.
Kejadian ini terjadi saat aku libur selama 1 minggu. Akhirnya 4 hari sudah.
Alhamdulilah akhirnya bunda dan ayah sudah mulai akur dan keadaan rumah mulai tentram. 4 hari sudah
aku di rumah, panas. Bunda tidak mengizinkanku ke dokter karena akan menghabiskan
uang. Tetapi anehnya aku dan bunda selalu saja sakit secara bersamaan. Tapi
alhamdulilah ibu sakit selama 2 hari. Saat bunda sembuh aku masih terbarig
lemah di tempat tidurku. Bunda menjumpaiku di kamar.
“kenapa kamu ikut-ikutan sakit ?” gara-gara kamu keluarga
kita yang merawat bunda jadi berpaling dari bunda dan mereka lebih memilih
untuk merawatmu” kata ibu marah.
“aku benar-benar bingung, sampai aku sempat berpikir dan
bertanya kepada diriku sendiri.
“ ya allah....siapakah aku? Apakah aku anak kandungnya atau
ukan sehingga bundaku sendiri berbuat seperti ini padaku, apa aku pernah
melakukan kesalahan besar sehingga ia tidak bisa memaafkanku.
Hari minggupun tiba. Dimana hari aku akan kembali ke kos ku.
Saat aku hendak berangkat, nenek, paman-paman, dan bibiku, keluargaku yang
lainnya memelukku kecuali ibu. Memelukku sambil menangisdan aku mendengar
merwka mengucapkan kalimat.
“ bersabarlah sayang, bersabar nak, bersabarlah dan
bersabarlah” hanya kalimat ini yang ku dengar dari setiap ucapan yang mereka
keluarkan dan akupun hanya mengucapkan satu kata kepada mereka.” Salam Nada
sama bunda, dan tolong bilang kalau Nada sangat menyayanginya. “
Akhir cerita, setelah kejadian itu jarang sekali pulang dan
saat aku pulang perlakuan bunda sangat berbeda kepadaku. Terima kasi ya Allah.
Engka telah mengijabah doa hamba.
TAMAT